Pages

Thursday, May 22, 2014

Antara Dia dan Kita




Lelaki renta itu,
dengan kehalusan hatinya ingin ber-Islam
menjadi sebab turunnya ayat.
‘Abasa watawalla', Rasul pun ditegur Allah karenanya.
seorang miskin lagi buta,
bukan berarti tak lebih utama
dari para pemuka negara

Lelaki renta itu,
pernah minta keringanan
untuk tidak ikut sholat berjamaah di masjid
karena dia buta
karena dia sebatang kara
karena masjid jauh sekali dari rumahnya
tapi tanya Rasul, “Apakah engkau masih mendengar adzan?”
saat dijawabnya masih, maka kata Rasul, “Kalau begitu, berangkatlah”

lalu, tunduk patuh ia pada perintah
sekali pun tak pernah ia sanggah
tiap sholat lima waktu sholat berjamaah

meski fajar masih pekat
dan jarak masjid tak dekat,
ia meraba-raba dalam gelap
hingga suatu saat, kakinya tersandung bongkahan batu
badannya terjerembab jatuh,
mukanya tersungkur di runcingnya batu
berdarah-darah…

setelahnya,
selalu datang seorang lelaki
menuntunnya dengan ramah
pergi dan pulang sholat berjamaah
setiap hari, setiap lima waktu

hingga suatu saat
lelaki tua ingin sekali tahu
siapa gerangan lelaki penolongnya itu
karena ingin ia doakan
atas kebajikannya selama ini

tapi kata lelaki muda
“Jangan sekali-kali kau doakan aku
dan jangan sekali-kali kau ingin tahu namaku
karena aku adalah iblis”

sontak lelaki renta itu terkejut,
“Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke masjid,
sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan sholat?”

Iblis menjawab,
“Ingatkah dulu saat kau hendak sholat subuh berjamaah,
kau tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?
Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat,
bahwa Allah telah mengampuni setengah dosamu.
Aku takut kalau engkau tersandung lagi,
lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain.
Maka aku selalu menuntunmu ke masjid
dan mengantarkanmu pulang.”

Lalu, saat tubuh itu merenta
makin menua dimakan usia
datang seruan perang Qaddisiyah

Sang khalifah Umar mengumpulkan segenap lelaki
dari seluruh penjuru negri
terselip ia, berbaris bersama
ingin sekali ikut berperang di medan laga
demi cita-cita mulia

Khalifah Umar melarangnya
bagaimana seorang buta lagi renta, akan ikut berperang?
bagaimana jika dia langsung celaka terkena tombak?
atau justru mencelakai temannya karena tak mampu mengenali sesiapa?

Tapi, lelaki tua itu bersikukuh,
“Tempatkan aku di antara dua pasukan yang berperang
Aku akan membawa panji kemenangan
Aku akan memegangnya erat-erat untuk kalian.
Aku buta, karena itu aku pasti tak akan lari”
Khalifah, tak lagi mampu menghalangi

Lalu semuanya, berangkatlah
lekaki tua itu ingin menepati janjinya
dengan baju besi yang dikenakannya
dan bendera besar yang dibawanya
dia berjanji akan mengibarkannya senantiasa,
atau mati terkapar di sampingnya

lewat pertempuran Qaddisiyah
Persia yang congak pun kalah
tapi kemengangan itu tak murah
dibayar dengan nyawa ratusan syuhada
terselip di antara mereka
jenazah lelaki tua
terkapar berlumuran darah
sambil memeluk erat sebuah bendera
sungguh, dia telah menepati janjinya

wahai lelaki mulia,
sesak dadaku membaca kisah hidupmu
menyungai sudut mataku mengenangmu
engkau buta, sebatangkara dan renta
tapi itu tak membuatmu pasrah dan diam
meski udzur telah membolehkanmu.
untuk tak kemana-mana, di rumah saja

Lalu, bagaimana dengan diriku ini?
aku masih muda,
aku bukan fuqara
aku tak buta
jua tak sebatangkara
tapi kenapa,
sering sekali ada alasan mendera
untuk tak bersegera?

Lelaki sepertimu,
dengan segala keterbatasan
terus mencari-cari alasan
agar mampu mengambil peran

sedang aku, kita
dengan segala kemudahan
sering mencari-cari alasan
agar boleh tak ikut berperan

Lalu, dengan apa
akan kita buktikan
bahwa kita ini Islam?

~Belajar darinya, Abdullah bin Ummi Maktum


*******

meneladani satu persatu kisah para sahabat
selalu membuat diri terduduk dan tertunduk malu
betapa mereka juga adalah manusia sama seperti kita
namun jauh sekali berbeza buah hasil tarbiyah dari kita dan mereka..

sahabat yang satu ini
sungguh sungguh membuat air mata kembali bergenang
iman yang cukup mendalam, membuahkan hasil peribadi muslim yang bukan calang-calang
meski dia buta
walaupun dia jauh lebih mulia bersama alasan yang diberikan tuhan kepadanya

namun, dakwah dan tarbiyah yang difahami bukan begitu
cinta itu tak pantas menjadikan kita manusia yang duduk diam
sekadar menanti kesempatan yang datang tanpa berusaha apa-apa
sungguh, cinta itu bukan begitu..

saya kembali menyoal diri
adakah benar-benar sudah mencintai Allah dengan kualiti diri seperti ini?
atau ia sebenarnya cuma kata-kata indah 
yang ditulis untuk menyedapkan hati..

sedihnya..


Friday, May 09, 2014

Ukhti. Dengarkan aku.




Ukhti.
jalan ini berat ya?
Dahulu, aku ingat mengenali tarbiyah ini sekadar mahu menjadi orang baik sahaja,
tapi rupanya aku silap,
tarbiyah, mana mungkin terpisah bersama dakwah.
Aku mengenali dakwah. bercakap tentang dakwah. tentang umat
Ah.. poyo sungguh aku rasa..

Ukhti.
Diriku tidaklah sebaik mana.
Dan aku dahulu rasa nak buat dakwah ini agar aku nanti tidak akan dipersoalkan oleh orang lain di sekelilingku tentang agama ini
Ku kira itu sudah cukup untuk berdakwah
Tapi rupanya aku silap.
Jalan ini membutuhkan lebih banyak dari apa yang aku sangka
Seluruh fikiranku, segenap masa dan pilihan kehidupanku sememangnya harus disandarkan penuh pada dakwah dan tarbiyah
Dan ku kira itu berat sekali ukhti..
kadang ku rasa diriku jauh dari mampu..
tapi, aku sedar, betapa Allah membawaku sehingga ke hari ini pastilah kerana Allah mahu mentaqdirkan yang terbaik dari diriku
Agar diriku bukan lagi berdiri di atas kakiku
tetapi seluruh jasad dan hatiku berada di atas landasan kebenaran celupan ilahi..

Ukhti.
Sungguh aku merasai betapa beratnya bebanan ini.
Tapi aku tahu, bahawa yang dipikul ini bukanlah bebanan, 
jauh sekali penghinaan dari tuhan 
tetapi ini adalah rahmat, yang mana ku kira diriku bertuah sekali kerna diberi peluang mendapatkan nikmat kefahaman ini dari tuhanku
Tuhan tahu aku mampu
Jadi, Aku juga harus membuktikan di pandangan tuhan bahawa aku bisa berbuat sesuatu..

Ukhti.
Allah itu benar-benar maha pengasih kan?
Di atas segala niatku untuk menjadi yang terbaik di mataNya, Allah hadirkan aku peluang demi peluang untuk beramal.
Cuma kadang aku yang tidak pandai menilai dan mengambil kesempatan atas peluang yang ada..

Ukhti.
Aku mahu terus di sini.
kerana aku tidak menjumpai jalan lain sebaik jalan yang aku sedang lalui ini.. :') 

Tuesday, May 06, 2014

060514

Pesan kakak pada diriku
Langkah bermula akan menjadi titik penentu
Bagi setiap neraca pertimbangan kehidupan
yang mana zahirnya akan terbias pada hari ini dan masa hadapan.

berusahalah akhawat!